Selasa, 11 September 2012

COWOK MANIS KERETA BUTUT ( CERPEN )


Cowok Manis Kereta Butut
            Hari ini hari terakhirku berliburku di rumah mamaku Di Jakarta. Kereta yang akan kutumpangi akan berangkat setengah jam lagi. Jadi aku dan keluargaku memutuskan untuk makan disalah satu restoran siap saji. Sebenarnya , aku kembali ke Kota Malang hanya bersama kakek dan nenekku, tapi mamaku dan papa tiriku pun ikut mengatarkan kepulanganku. Udara benar-benar panas, tapi udara di dalam restoran cepat saji ini jauh lebih baik daripada suhu diluar restoran . suhu didalam sini benar-benar panas, seperti berada di atas kobaran api. Apalagi suhu diluar sana, sepeti digoreng masak-masak di minyak yang gosong dan bisa menyebabkan sebuah termometer meletus. Belum lagi di tambah sinar matahari yang sangat menyengat.
           
        Kereta yang akan kutumpangi segera berangkat. Aku dan keluargaku bergegas memasuki gerbong. Seperti dugaan awalku , kereta ini benar-benar .. buruk ! panas , bau menyengat dimana-mana , ditambah lagi dengan sesaknya kereta. Banyak orang yang tidur di lorong-lorong bahkan di kamar mandi itu membuatku semakin tidak nyaman. Segera aku bergegas menuju bangku. Karena kurasa bila berada di bangkuku , aku akan merasa lebih baik. Tapi ternyata itu hanya ilusi. Tak ada pengaruhnya , kursinya benar-benar keras, aku malah tidak merasa seperti duduk disebuah kursi , malah aku merasa duduk di batang besi. Bangku di sekolahku pun kurasa lebih baik , aku jadi merindukan bangku sekolah.
        
           Kereta mulai berjalan, untuk mengisi waktuyang membosankan ini aku memutar lagu-lagu di handphoneku melalui Headset. Aku memandangi pemandangan yang ada di diluar jendela, karena kurasa melihat apapun di dalam kereta akan menyakitkan mataku. Karena aku memutar musik dengan volume yang kecil, aku bisa mendengar bahwa nenekku dan kakekku sedang berbincang-bincang dengan penumpang lain yang duduk tepat didepan bangkuku. Aku melirik 3 orang penumpang didepanku. Yang pertama adalah seorang wanita paruh baya dengan kulit sedikit hitam, rambut keriting kecil-kecil seperti orang negro , tapi dia memiliki wajah yang manis. Yang kedua adalah seorang anak kecil laki-laki yang memiliki perawakan hampir sama dengan ibu paruh baya tadi. Dan yang terakhir , seorang remaja laki-laki yang memiliki kulit putih , rambut cepak dan berwajah manis indo-cina. Sepertinya dia bukan anak dari ibu paruh baya tadi. Dan ternyata benar,saat aku mencuri dengar pembicaraan keluargaku dengan ibu paruh baya tadi, yang kuketahui bernama tante Melisa dia naik kereta ini bersama anaknya Vian yang memiliki perawakan sama dengannya dan juga Stevan keponakannya.

Kenapa dari tadi aku tidak menyadari kehadirannya ? apa jangan-jangan , dia hantu ? sesegera mungkin kuhilangkan pikiran anekhku. Tak mungkin seorang hantu akan keluar di siang bolong seperti ini, dan seorang hantu tak akan mungkin mau naik kereta yang tak ada bagus-bagusnya ini. Mungkin aku tak menyadari adanya kehadiran dirinya karena aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri sedari tadi, dan aku sedari tadi tidak menengok bahkan melirik kedalam kereta
            
            Stevan benar-benar menarik. Ia membuatku terpesona padanya. Udara tiba-tiba menjadi sangat sejuk, matahari seakan bersinar sangat terang. Walaupun dia tidak setampan Afghan Syah Reza , idolaku. Tapi dia sanggup merenggut perhatianku. Saat mata kami bertemu , jantungku serasa mau copot, tubuhku bagai terbang keangan-angan. Sungguh indah tatapannya. Pemadangan diluar jendela tak lagi menarik bagiku.  Perjalanan ini sungguh menyenangkan , aku berharap kereta ini akan mogok di jalan selama berhari-hari dan aku akan terus bersamanya.
           
         Sebenarnya aku tidak percaya akan adanya cinta pada pandangan pertama, aku juga masih belum yakin bahwa aku jatuh cinta padanya. Mungkin saja aku hanya terpesona sesaat padanya. Mataku selalu saja ingin menatapnya , seperti ada magnet yang menarik mataku. Dan ada sesuatu dari dirinya yang membuatku tak bisa memalingkan mataku. Aku bahkan tidak merasa lapar maupun ingin pergi ke toilet.
        
           Saat ia mulai memasuki alam mimpinya, aku meperhatikan dirinya. Matanya yang memiliki tatapan indah dan menyengat hingga bisa menggetarkan hatiku. Hidungnya yang tinggi. Seluruhnya benar-benar .. mengagumkan. Kudengar dia kelas 11 SMA disalah satu SMA terbaik di kotanya , Kota Kediri. Hebat ! aku semakin mengaguminya
       
           Hampir 15 jam lamnya kereta ini berjalan. Matahari juga telah menenggelamkan diri, namun tak sedikitpun rasa kantuk kurasakan. Padahal , diantara keluargaku akulah orang yang paling sering tertidur , apalagi dalam perjalanan jauh. Bisa-bisa 2 hari aku tak akan bangun jika memang perjalanan itu membutuhkan waktu 2 hari. Aku masih betah untuk memandangi wajahnya. Aku tak tahu, apakah dia sudah menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya. Mudah-mudahan saja tidak.
      
          Detik demi detik telah kulewati. Matahari mulai kembali bersinar. Dan saat itu pula ia mulai membuka matanya kembali pada dunia nyata. Aku belum memejamkan mataku sedetikpun semenjak kereta ini berangkat. Dia diam sealama beberapa saat untuk mengembalikan seluruh kesadarannya. Lalu dia membasuh mukanya dengan tisue basah.
    
        “ kereta ini akan sampai ke Kota Kediri dalam waktu kurang dari 2 jam “ tak sengaja aku mendengar percakapan seorang bapak di balik bangkuku. Apa ? 2 jam ? aku bahkan belum berbicara sepatah katapun dengannya. Sebenarnya dari awal aku ingin mencoba mengajaknya berbicara, karena kami masih sama-sama duduk dibangku SMA dan aku Cuma berada satu kelas dengannya tepatnya aku masih kelas 10, aku yakin kami akan cocok mengobrol satu sama lain. Tapi kuurungkan niatku. Tak mungkin seorang perempuan mengajak laki-laki yang baru dikenal berbicara duluan.
    
         Waktu terasa begitu cepat, kutoleh jam tanganku mencoba untuk menghentikan waktu. Kurang dari 15 menit lagi kereta ini akan sampai di Kota Kediri. Aku tertunduk lemas di bangkuku. Aku merasa sesak. Entah apa yang terjadi. Aku benar-benar merasa gugup, takut, gelisah. Semua perasaan bercampur aduk. Entah kenapa, aku jadi takut untuk memandang wajahnya sekarang. Jadi aku hanya mencuri pandang darinya. Wajahnya tetap tenang, seolah tak ada yang ia khawatirkan. Sedangkan aku, mungkin aku akan berteriak karena melihat wajahku seperti orang tua dengan banyak keriput.

           Tapi, hal yang tak pernah kusangka sebelumnya terjadi. Tiba-tiba saja dia sibuk dengan handphonenya. Aku bertanya-tanya dalam hati. Apakah yang sedang ia lakukan ? apakah dia mencoba menghubungi seseorang ? siapa ? keluarganya ? atau pacarnya ? pertanyaanku segera terjawab. Dia lalu membalikkan handphonenya membuat layar handphone tersebut menghadapku dengan gerakan perlahan tapi pasti dan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan siapapun kecuali kami berdua. Kulihat di layar handphone itu terpampang beberapa angka yang membentuk sebuah nomor handphone. Awalnya aku bingung, apa maksud dari semua ini ? kupandang wajahnya dengan muka penuh tanya. Dia menatapku, kuperhatikan tatapannya. Dia seolah berkata “ simpan nomor ini “. Aku menyimpan nomor itu dengan berpura-pura mengetik sms.

            Petugas kereta api memberi tahu, bahwa penumpang yang akan turun di Kota 
Kediri segera bersiap. “ inilah perpisahan “ batinku. Setelah mengemasi barangnya, dia dan keluargnya berpamitan padaku dan keluargaku. Saat dia menjabat tanganku, ingin kuhentikan waktu saat itu juga. “ selamat tinggal, sampai jumpa “ katanya lembut disertai senyum tipisnya yang manis. “ sampai jumpa “ kataku lembut dan kulontarkan sebuah senyuman

            Setelah semua penumpang yang akan turun di Kota Kediri telah turun, kereta 
kembali berjalan. Baru kusadari , kereta kini benar-benar sepi. Tak ada lagi orang-orang yang tidur di lorong bahkan kamar mandi. Bangku-bangku juga banyak terlihat kosong. Aku baru ingat tentang nomor yang tadi diberi Stevan, langung saja kumbil handphoneku dan kuketikkan beberapa kata, yaitu menyakan siapa pemilik nomor itu. Tak ada balasan. Perutku terasa keroncongan, sejak naik kereta ini aku tak makan apapun. Kulihat ada 2 potong roti di atas meja. Buru-buru kuambil roti itu. Saat hendak memakan potongan pertama, handphoneku berbunyi, ada yang menelpon. “ dasar ! pengganggu suasana “ batinku kesal.

            Saat kulihat di layar handphoneku, terpampang nama “ misterius “. Misterius adalah nomor kontak yang tadi diberi stevan, karena aku tidak yakin itu nomornya. Mungkin saja ia ingin mengerjaiku. Segera kuangkat telpon itu “ hi ! “ sapanya. “ hi juga, maaf siapa ya ?” tanyaku sopan. “ ternyata aku sudah dilupakan ya , padahal sepanjang perjalan kamu terus memperhatikanku “ katanya. Ternyata ini stevan .! aku benar-benar senang. “ maaf, kupikir kamu tadi mengerjaiku dengan memberi nomor orang lain.” Kataku dengan nada meminta maaf. Tapi tunggu , dia bilang aku selalu memperhatikannya. Jangan-jangan dia tau kalau aku memperhatikkanya. Betapa malunya aku. Ingin saat itu juga kumasukkan mukaku ke dalam ember saking malunya.

            Percakapan kami terus berlanjut mulai dari menceritakan diri masing-masing, sekolah, cita-cita bahkan menjerumus ke hal-hal yang sebenarnya tidak penting untuk dibicarakan. Tapi aku benar-benar menikmati percakapan kami. Suaranya sangat lembut untuk ukuran seorang laki-laki. Karena terlalu menikmati percakapanku, aku sampai tidak menyadari bahwa keretaku telah sampai di Kota Malang. Kuakhiri sejenak percakapanku.

            Sudah 3 minggu sejak perkenalan dan pertemuan Stevan berlalu. Aku bahkan kini memiliki panggilan khusus untuknya. Koko. Mungkin karena dia keturunan cina, jadi dia menyuruhku memanggilnya begitu. “ koko itu artinya kakak “ katanya saat aku menanyakan arti koko padanya. Dia memanggilku “ meymey “ aku juga tidak tahu apa arti dari kata meymey.

            2 bulan kemudian, hal yang sama sekali tak pernah terbayangkan dalam hidupku terjadi. Stevan mengatakan bahwa dia sayang padaku. Akupun begitu, kami memutuskan untuk mengesahkan hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Stevan sangat baik dan perhatian. Aku benar-benar sayang padanya.

            Hubungan kami bertahan hingga 3 bulan lamanya. Tak ada hambatan, walaupun kami harus menjalani hubungan jarak jauh atau bahasa kerennya LDR ( Long Distance Realitionship ) . Kami sama-sama mengerti keadaan kami masing-masing. Dan kami berpendapat bahwa menjalin hubungan sebagai pacar tak harus bertemu.

            Sebenarnya banyak cobaan dalam hubungan kami, selain jarak antar Kota Kediri dan Kota Malang yang termasuk jauh untuk ukuran pelajar seperti aku dan Stevan, kami juga harus saling menjaga kepercayaan satu sama lain. Itu bukan hal yang mudah. Aku selalu takut dia berpaling pada yang lain. Karena aku bukan perempuan yang sangat menarik. Aku biasa saja. Aku takut dia akan lebih tertarik pada gadis-gadis yang ada di kotanya.

            Namun sayangnya hubunganku dan Stevan tak berlangsung lama. Masing-masing dari kami sudah mulai tidak tahan dengan hubungan jarak jauh seperti ini. Bukan karena kami tidak bisa mempercayai satu sama lain,tapi yang namanya orang sedang jatuh cinta , pasti ingin selalu bertemu walau itu hanya bertegur sapa dan saling melihat wajah.

            Hubungan kami berdua kandas, padahal hubungan kami baru berusia 5 bulan. itu terlalu singkat. Namun, mungkin itulah yang terbaik untuk kami berdua. Tapi kami memutuskan hubungan kami dengan baik-baik sehingga kami masih tetap berhubungan baik sebagai seorang teman. Bahkan sekarang dia sudah kuanggap kakaku. Semua hal yang terjadi selalu kuceritakan padanya. Dan dia selalu mendengarkan keluh kesah ceritaku dengan sabar. Aku juga masih sayang padanya, namun sekarang rasa sayangku padanya adalah rasa sayang seorang adik pada kakaknya.

            Memang aku sedikit kecewa, kami hanya berpacaran selama 5 bulan.dan selanjutnya kami adalah kakak adik. Tapi kurasa jika aku terus melanjutkan hubunganku sebagai seorang pacar, itu akan sangat menyulitkanku dan akan membuatku gelisah akan dirinya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar